Mendistorsi & Mengilusi Semangat Hakiki May Day
Perayaan May Day ditingkatkan perusahaan dan penguasa yg didalam peringatannya May Day tersebut banyak warna warninya, baik yang dilakukan penguasa dan teranyar yang dilakukan perusahaan dengan mengundang penguasa dan tokoh masyarakat serta yang lainnya dan dengan penuh #baliho, tagline spanduk sama saja sebagai upaya mendistorsi semangat May Day.
Apa yang dilakukan saat ini adalah sangat bertolak belakang dengan sejarah kelam dari May Day dengan apa yang dilakukan perusahaan dan penguasa saat ini. Sejatinya yang dilakukan saat ini adalah
- Menumbuhkan kesadaran diri dan bagaimana memunculkan konsep untuk menyadarkan buruh bukan sebaliknya mengambil keuntungan dari penderitaan buruh.
- Menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sehingga pengawasan, penindasan terhadap yang merampas keringat buruh betul betul dijalankan bukan dimana mana terjadi perlakuan diskriminatif.
Perayaan May Day ditingkatkan perusahaan adalah upaya #mengilusi kesadaran kelas buruh, kesan yang terjadi adalah May Day adalah hari untuk bersenang senang berkumpul kumpul dengan keluarga dan waktu untuk istrahat dari rutinitas yang melelahkan selama ini di tempat kerja. Jelas ini adalah sifat yang menggambarkan mengarah pada tujuan agar kenyamanan kelas kapitalis tidak terusik dan buruh mengilusi kesadarannya hanya untuk bergembira ria. Sehingga menjadi abai bahwa di pabrik mereka mendapat perlakuan yang diskriminatif dan tak jarang ada yang tak manusiawi.
Jadi perayaan May Day saat ini sangat memilukan bila momentnya diperingati dengan cara fun day. Padahal di lapangan tempat para buruh mengeluarkan adrenalin dan keringat demi keluarganya mendapatkan perlakuan dan intimidasi, gaji rendah, dan jam bekerja banyak disunat. Inilah yang seharusnya kita semua terkhusus penguasa untuk konsentrasi memikirkan dan berbuat untuk memperjuangkan kepentingan kelas buruh untuk meraih keadilan kesetaraan dan kesadaran bagi ummat manusia, bukan semakin menumbuhkan kepekaan kita akan meuntungan kelas kapitalis.
Penulis : Kasman Hasbur (Pembina FKSPN Sulawesi Tenggara)